Untuk mengetahui kualitas kesehatan diri sendiri, ternyata tak perlu ongkos mahal. Cukup gunakan jari-jari tangan. Maksudnya? Temukan jempol tangan kanan dengan jempol tangan kiri, lalu lingkarkan ke perut mulai dari belakang ke depan. Jika ukuran perut lebih dari empat jengkal tangan, bersiap-siaplah untuk menghadapi serangan aneka penyakit dalam 5-10 tahun ke depan.
"Begitu ukuran perut lebih dari empat jengkal tangan, segera bertindak untuk turunkan berat badan. Lakukan dengan cara yang sehat yaitu diet seimbang dan olahraga," kata dr Fiastuti Witjaksono, SpGK, dokter gizi yang juga staf luar biasa Departemen Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dalam diskusi tentang "Pola Makan Seimbang untuk Turunkan Berat Badan" di kantor PT Nutrifood, Jakarta, Rabu (6/5).
Fiastuti menjelaskan, kegemukan di bagian perut atau disebut obesitas abdominal sangat berbahaya bagi kesehatan. Karena penumpukan lemak di perut bisa mengganggu metabolisme tubuh, dimana banyak organ penting terhambat proses kerjanya.
"Lemak tak hanya bisa menutupi seputar organ dalam, tetapi juga membentuk "plak" di dalamnya. Proses kerja organ menjadi lambat. Oksigen yang dibutuhkan tubuh tidak mengalir lancar. Padahal, organ yang tidak teraliri oksigen dengan baik itu akan menjadi barang "mati". Perlahan tapi pasti menggerogoti organ tubuh lain. Lalu, tiba-tiba tubuh terkena stroke atau jantung," katanya.
Cara lain untuk mengetahui ukuran lingkar perut adalah menggunakan meteran yang biasa digunakan penjahit. Jika ukurannya di bawah 90 cm untuk pria, itu masih tergolong normal. Sedangkan ukuran lingkar perut wanita di bawah 80 cm. "Coba deh sediakan meteran jahit di untuk cek ukuran perut. Lebih murah ketimbang pergi ke dokter untuk sekadar memantau perkembangan kesehatan diri," ujarnya.
Untuk mengetahui berat badan ideal, lanjut dr Fiastuti, ada cara mudah yaitu dengan mengurangi tinggi badan dengan angka 100, lalu kurangi lagi 10 persennya. Namun, perlu diingat, kendati sudah mencapai berat badan ideal, jika perutnya buncit juga tetap baik. "Kuncinya di perut. Kalau gemuknya di paha, pantat atau lengan lebih baik, ketimbang di perut," ucapnya menegaskan.
Fiastuti memaparkan, beberapa tahun terakhir ini makin banyak saja orang Indonesia yang menderita kegemukan atau obesitas. Penelitian yang dilakukan oleh Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) tahun 2004, diketahui sebanyak 20,18 persen dari penduduk dewasa (25 tahun ke atas) di Indonesia menderita obesitas, dan lebih dari setengahnya (11,02 persen) adalah kaum perempuan.
Bila dilihat dari ukuran lingkaran pinggang atau perut, lanjut Fiastuti, sebanyak 41,2 persen pria mengalami obesitas karena lingkar pinggangnya melebihi 89 cm. Sedangkan 53,3 persen perempuan mengalami obesitas karena lingkar pinggangnya melebihi dari 79 cm.
"Hal itu menunjukkan bahwa obesitas merupakan problem serius yang jumlah penderitanya akan terus meningkat bila masyarakat tidak segera mengubah gaya hidupnya," tutur dokter spesialis gizi yang sehari-hari buka praktik di Klinik Semanggi, Jakarta.
Hal senada dikemukakan Head of Nutrifood Research Center Division, Susana STP MSc. Katanya, selain obesitas, gaya hidup perkotaan juga mengakibatkan terjadinya fenomena TOFI --thin outside, fat inside. Walaupun bentuk tubuhnya terlihat ideal, bahkan kurus, namun kadar lemak dalam tubuhnya melebihi normal.
"Karena itu, kita perlu perhatikan 3 aspek penting untuk memiliki tubuh yang sehat dengan mengkonsumsi makanan seimbang, olahraga teratur, serta istirahat yang cukup. Dengan menerapkan gaya hidup sehat dan pola makan gizi seimbang, tentunya permasalahan kelebihan dan kekurangan berat badan akan semakin berkurang," kata Susana.
Fiastuti menambahkan, salah satu faktor pemicu orang untuk menyantap makanan berkalori tinggi dalam jumlah berlebihan adalah stres akibat beban kerja yang menumpuk. Bahkan, tingkat kesibukan yang tinggi juga kerap membuat orang terpaksa mengisi perut dengan camilan tak sehat atau makanan cepat saji berkalori tinggi.
"Selain itu, aktivitas fisik perempuan dan laki-laki bekerja biasanya juga akan menurun dibanding saat masih sekolah atau kuliah. Terutama mereka yang bekerja di belakang meja," ujarnya.
Mereka yang memiliki kelebihan berat badan pada usia 20-an, berisiko besar menderita penyakit diabetes, yang timbul akibat penumpukan lemak pada dinding-dinding sel sehingga menutupi pintu sel. Akibatnya, kerja hormon insulin dalam tubuh yang berfungsi sebagai pembuka pintu sel, jadi terhambat. "Begitu badan mengurus, kadar gula bisa lebih dikendalikan," katanya.
Kegemukan juga umum terjadi para perempuan hamil. Berdalih makan untuk berdua, ilmu hamil biasanya makan dalam jumlah dua kali lipat. Padahal, asupan makanan tambahan bagi perempuan hamil hanya sekitar 300 kali saja. Itupun hanya pada usia kehamilan trimester terakhir. "Yang penting bukan kuantitasnya, tapi kualitasnya. Hal yang sama juga harus diterapkan pada masa menyusui," ujarnya.
Akibat pola makan yang berlebihan di masa kehamilan dan menyusui, tak heran bila perempuan pascamelahirkan akan kesulitan untuk mencapai berat badan normal. Selain itu, jika tidak menjaga berat badan pada masa kehamilan, kemungkinan seorang perempuan terkena diabetes akan meningkat.
Source:www.suarakarya-online.com
0 comments:
Post a Comment