Gangguan tidur adalah hal yang umum terjadi. Gangguan tidur yang sering
dijumpai adalah insomnia (sulit untuk jatuh tertidur), hypersomnia (sangat mudah
jatuh tertidur), atau parasomnia (mimpi buruk). Ada satu lagi gangguan tidur
yang berkaitan dengan pola nafas, yang disebut sebagai sleep disorder breathing
(SDB). Sleep disorder breathing (SDB) yang umum dijumpai adalah obstructive
sleep apnea. Obstructive sleep apnea adalah suatu bentuk gangguan tidur yang
terkait dengan penghentian nafas selama 10 detik. Sleep Apnea adalah berhentinya
bernafas saat tidur lebih dari sepuluh detik karena tertutupnya saluran
pernafasan. Akibat turunnya lidah dan pengenduran dari otot serta jaringan lunak
saluran pernafasan. Beberapa penelitian baru menunjukkan adanya hubungan stroke
dan obstructive sleep apnea. Gangguan bernafas saat tidur Ada 2 macam pola gangguan nafas saat tidur, yaitu : Hypoapnea dan Apnea. Hypoapnea ditandai oleh penyempitan saluran pernafasan 50%-80% selama lebih dari 10 detik dan terjadi penurunan saturasi oksigen >3%. Sementara apnea tidur ditandai oleh penyempitan saluran pernafasan >80% selama lebih dari 10 detik dan terjadi penurunan saturasi oksigen >3%. Adapun Tidur Apnea terbagi menjadi : apnea tidur obstruktif dan apnea tidur sentral. Apnea Tidur Obstruktif/ Obstructive Sleep Apnea (OSA) merupakan tipe apnea tidur yang paling umum. Terjadi ketika saluran udara tertutup namun ada usaha untuk bernafas. Hal ini diakibatkan oleh rileksnya otot saluran udara bagian atas, turunnya jaringan lunak dan tertariknya lidah karena pengaruh gravitasi. Apnea Tidur Sentral / Central Sleep Apnea (CSA) terjadi pada 5-10% dari populasi penderita apnea. Terjadi ketika berhenti bernafas dan tidak ada usaha untuk bernafas. CSA berhubungan dengan gangguan pada otak. CSA sering terjadi pada pasien gagal jantung, penyakit saraf khususnya stroke. Tertutupnya saluran pernafasan atas lebih dari 10 detik. Hal ini mengakibatkan terjadinya desaturasi oksigen, melambatnya detak jantung. Pada saat diakhir periode apnea terjadi arousal ( tarikan nafas panjang/ tersedak, hal ini meningkatkan laju detak jantung, level oksigen normal, terbukanya kembali saluran pernafasan. Apnea bisa terjadi ratusan kali dalam satu malam dan kadang-kadang tanpa disadari oleh penderitanya, namun disadari oleh pasangan tidurnya. OSA dan stroke Gangguan tidur obstruktif merupakan salah satu bentuk faktor risiko stroke yang baru. Kajian terkini Drager (2007) menunjukkan ada peningkatan risiko stroke sebesar 2,52 kali pada penderita apnea tidur. Hal ini juga berkaitan dengan peningkatan risiko hipertensi pada penderita OSA. OSA sering ditemukan pada penderita stroke yang berhasil hidup, sebanyak 63% dari mereka yang bertahan hidup, mengalami gangguan ini. Bukti semakin banyak yang telah menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara apnea tidur dan stroke. Kelelahan yang berlebihan disiang hari berhubungan dengan apnea tidur dapat mempengaruhi hasil pemulihan pasca stroke. Kelelahan yang berlebihan disiang hari bisa menurunkan kemampuan dan motivasi penderita stroke untuk terus menjalankan program pemulihan. Sebagai akibatnya, latihan untuk pemulihan tidak dilakukan dengan teratur, terhambatnya pemulihan dan hasilnya akan menjadi lebih memburuk. Bagaimana penanganannya ? Diagnosis gangguan tidur ditegakkan di fasilitas Overnight Laboratory Based Treatment Sleep Study (Complete Polysomnography). Fasilitas ini akan segera tersedia di RS Bethesda Yogyakarta. Tim medis akan merumuskan tindakan tatalaksana sesuai derajat gangguan tidur, pilihan pasien, status kesehatan secara keseluruhan, dan harapan pasien. source:strokebethesda.com |
0 comments:
Post a Comment