Seperti balita ditimbang di posyandu, kita pun yang harus selalu mawas dengan pertambahan berat badan, perlu menimbang setiap bangun tidur pagi. Berat badan ideal kita menjadi acuan untuk tahu apakah yang kita makan berlebihan atau kurang dari yang tubuh minta.
Pola menu harian tentu harus senantiasa bervariasi. Semakin bervariasi menu semakin memenuhi kecukupan vitamin-mineral.Tubuh membutuhkan 40-an jenis vitamin-mineral, asam amino esensial, dan nutrisi lain yang tubuh tidak bisa memproduksinya sendiri. Untuk itu tubuh hanya mengandalkan dari variasi menu harian, termasuk kebutuhan akan trace-elements. Kekurangan salah satu nutrisi esensial semacam ini untuk waktu lama tentu akan mengurangi kebugaran mesin tubuh yang harus terus beroperasi setiap saat.
Menu yang komplet, utamanya protein, dibutuhkan selain untuk melumasi, juga untuk mengganti bagian tubuh yang aus, dan pembentukan zat anti.Sel tubuh perlu terus beregenerasi. Sel tubuh juga perlu diproteksi. Sel tidak boleh layu. Kualitas sel-sel tubuh menentukan kemuliaan umur kita.
Proses menua atau lekas menjadi tua, juga lantaran sel-sel tubuh tidak terawat dengan baik. Peran besar bagi perawatan sel diberikan oleh apa yang kita konsumsi setiap hari. Kondisi tubuh kita mencerminkan otobiografi gizi harlan kita.Untuk bisa setua Shirli-baba Muslimov dari Azerbaijan yang masih aktif sampai usia 168 tahun, setua rata-rata umur penduduk Hunza (Pakistan), atau penduduk Rusia dan Ekuador, tentu tak bisa jika kita masih mengikuti selera hidup meja makan kita selama ini.
Zaman memang sudah berubah, pertanian dan peternakan juga sudah berubah. Yang belum berubah tekad kita untuk berubah. Seperti penduduk yang berumur panjang, kita merencanakan untuk mengisi meja makan dengan lebih banyak ikan dan unggas, membatasi daging, rutin mengonsumsi umbi-umbian, kacang-kacangan, sayur organik, buah lokal (pepaya, pisang, belimbing, sirsak, sawo, manggis), dan tinggalkan kebiasaan mengisi piring seperti porsi makan pekerja kuli.
Sekali lagi, supaya adil dan arif memperlakukan tubuh sehingga mampu hidup merentang panjang sampai ke paling ujungnya, kita harus "makan dengan otak", bukan dengan emosi.
(idionline/KCM, keluargasehat.com)
0 comments:
Post a Comment