Stroke dapat terjadi karena seseorang individu yang sehat memiliki faktor
risiko stroke. Faktor risiko stroke ada yang dapat dikendalikan dan ada pula
yang tidak dapat dikendalikan. Faktor risiko stroke yang tidak dapat
dikendalikan adalah usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga, dan riwayat
stroke sebelumnya. Kelompok usia lanjut dan laki-laki lebih mudah terkena
stroke, demikian pula seseorang dengan riwayat keluarga stroke.
Faktor
risiko stroke yang dapat dikendalikan adalah hipertensi, diabetes, merokok,
kolesterol darah yang tinggi, trigliserida darah yang tinggi, obesitas, dsb.
Pemahaman akan faktor risiko stroke yang dapat dikendalikan ini penting.
Pengendalian faktor risiko stroke ini akan menurunkan risiko seseorang untuk
terkena stroke. Tekanan darah yang terkendali dibawah 130/80 mmHg akan
menurunkan risiko seseorang untuk terkena stroke. Berhenti merokok akan
menurunkan pula risiko terkena stroke. Kolesterol yang tinggi juga merupakan
faktor risiko untuk terkena stroke. Pertanyaan kritis yang muncul adalah
“bagaimana hubungan antara kolesterol darah yang tinggi dan stroke?”, dan
“bagaimana upaya pengendalian kolesterol untuk mencegah stroke?”
Mengenal
kolesterol
Kolesterol merupakan substansi lemak, yang secara normal dibentuk
di dalam tubuh. Kolesterol dibentuk di hati dari lemak makanan. Kolesterol
memainkan banyak peran penting dalam fungsi sel tubuh (antara lain produksi
hormon). Kolesterol darah dapat dibagi menjadi 2 bagian utama: kolesterol LDL
(Low Density Lipoprotein) yang dikenal sebagai “kolesterol jahat” dan kolesterol
HDL (High Density Lipoprotein) yang dikenal sebagai “kolesterol baik”. LDL
membawa kolesterol dari hati ke sel, dan HDL berperan membawa kolesterol dari
sel ke hati.
Kadar kolesterol LDL yang tinggi akan memicu penimbunan
kolesterol di sel, yang menyebabkan munculnya atherosclerosis (pengerasan
dinding pembuluh darah arteri) dan penimbunan plak di dinding pembuluh darah.
Hal ini dihubungkan dengan penngkatan risiko penyakit akibat gangguan pembuluh
darah (misalnya: penyakit jantung koroner, stroke, gangguan pembuluh darah
terpi).
Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat disebabkan oleh berbagai
faktor. Faktor-faktor penyebab kadar kolesterol yang tinggi adalah genetic, diet
tinggi lemak, kelebihan berat badan, kurangnya aktivitas fisik, dan merokok.
Merokok meningkatkan kadar kolesterol LDL dan menurunkan kadar kolesterol HDL.
Kadar kolesterol LDL yang tinggi dapat pula disebabkan oleh konsumsi alkohol
atau obat-obatan (misalnya: steroid atau pil kontrasepsi).
Hubungan kolesterol dan stroke
Kolesterol merupakan
faktor risiko stroke yang secara konsisten dilaporkan dari berbagai hasil
penelitian. Kolesterol LDL yang tinggi, kolesterol HDL yang rendah, dan rasio
kolesterol LDL dan HDL yang tinggi dihubungkan dengan peningkatan risiko terkena
stroke. Hal ini akan diperkuat bila ada faktor risiko stroke yang lain
(misalnya: hipertensi, merokok, obesitas).
Hubungan antara kolesterol dan
stroke tergambarkan pula dalam berbagai penelitian terapi kolesterol.
Keberhasilan terapi penurunan kadar kolesterol darah akan menurunkan risiko
stroke dan penyakit jantung sebesar 60%. Penurunan kadar koleserol darah akan
menghambat proses atherosclerosis (pengerasan diniding pembuluh darah arteri).
Perkembangan atherosclerosis dapat dihambat pada sebagian besar pasien yang
menjalani terapi selama 2 tahun. Kadar kolesterol darah yang tidak terkendali
akan meningkatkan risiko stroke. Pasien berusia 40 tahun-an yang memiliki kadar
kolesterol LDL tinggi akan memiliki risiko sebesar 52% untuk mengalami serangan
jantung dan stroke pada usia diatas 50 tahun (Lang, 2005).
Kadar kolesterol
darah yang tinggi tidak memberikan gejla yang spesifik. Hal ini menyebabkan
kadar kolesterol darah yang tinggi juga dijuluki sebagai “the silent killer”.
Pasien datang berobat ketika telah muncul komplikasi pembuluh darah. Proses
atherosclerosis tetap berjalan tanpa ada keluhan pasien.
Pengendalian kadar kolesterol
Pengendalian kadar
kolesterol menuju angka yang normal akan sangat bermanfaat untuk menurunkan
risiko stroke dan penyakit jantung. Target penurunan kadar kolesterol adalah
sebagai berikut: (1) kadar kolesterol darah total dibawah 200 mg/dl, (2) kadar
kolesterol darah LDL dibawah 130 mg/dl (pada individu tanpa riwayat penyakit
jantung koroner), atau dibawah 100 mg/dl (bila pernah terkena penyakit jantung,
merokok, menderita hipertensi, diabetes). (3) kadar kolesterol HDL diatas 35
mg/dl, dan (4) kadar trigliserida dibawah 250 mg/dl.
Pengendalian kadar
kolesterol darah sesuai target dicapai dengan perubahan pola hidup dan terapi
obat. Perubahan pola hidup yang dianjurkan meliputi penurunan berat badan,
banyak makan serat, konsumsi buah dan sayuran, berhenti merokok, olah raga, dan
pembatasan konsumsi lemak berlebih. Bila target penurunan kolesterol darah belum
juga tercapai, pasien dapat berkonsultasi ke dokter untuk memperoleh teapi
obat.Terapi obat yang direkomendasikan untuk menurunkan kadar kolesterol daah
adalah statin. Obat ini memiliki banyak golongan (misalnya: Pravastatin,
Simvastatin, Lovastatin, Atorvastatin, Cerevastatin, Fluvastatin), dan sebagian
besar telah tersedia di Indonesia.
Keberhasilan terapi statin untuk
menurunkan risiko stroke telah dibuktikan dari berbagai penelitian. Penurunan
kadar kolesterol darah sesuai target (dibawah 200 mg/dl) akan menurunkan risiko
stroke ebesar 27%. Bagi pasien yang sudah pernah mengalami penyakit jantung,
maka penurunan kadar kolesterol darah akan menurunkan risiko stroke sebesar 32%.
Banyak diantara kita yang belum tahu kadar kolesterol darahnya. Kadar kolesterol
darah yang tinggi sering tidak bergejala. Pertanyaan yang muncul adalah
“sudahkah anda tahu kadar kolesterol darah anda?”. Penngendalian kadar
kolesterol merupakan upaya pencegahan stroke yang efektif. Ingatlah selalu bahwa
“mencegah lebih baik daripada mengobati”.
source:strokebethesda.com