Stroke merupakan penyebab kematian terbanyak yang ketiga dan penyebab kecacatan pada orang dewasa di Amerika Serikat. Insidensi dan prevalensi stroke yang tinggi memiliki dampak yang besar pada masyarakat. Pasien yang terkena stroke memiliki risiko yang tinggi untuk mengalami serangan stroke ulang. Serangan stroke ulang berkisar antara 30%-43% dalam waktu 5 tahun. Setelah serangan otak sepintas, 20% pasien mengalami stroke dalam waktu 90 hari, dan 50% diantaranya mengalami serangan stroke ulang dalam waktu 24-72 jam.
Hipertensi merupakan masalah yang umum dijumpai pada pasien stroke, dan menetap setelah serangan stroke. Penelitian Lamassa, dkk pada 4462 pasien stroke memperlihatkan bahwa hipertensi dijumpai pada 48,6% kasus. Penelitian kami di RS Bethesda pada 117 kasus stroke dapat dilihat pada tabel berikut ini
Profil faktor risiko stroke (117 kasus)
Sampel sebanyak 117 pasien yang terdiri dari 58,5% laki-laki dan 41,5% perempuan. Jenis patologi stroke pada 78 kasus (66,7%) adalah stroke non hemoragik dan 39 kasus (33,3%) stroke hemoragik. Rata-rata usia penderita adalah 60,8312,59 tahun. Sisi parese kiri pada 45,2% kasus dan parese kanan pada 54,8% kasus. Diabetes melitus dijumpai pada 28% kasus, dislipidemia pada 36,8% kasus, dan penyakit jantung 14,6%. Diantara kasus stroke dengan hipertensi, tekanan darah sistolik rata-rata saat masuk RS adalah 168,218,4 mmHg dengan rerata tekanan darah diastolik adalah 102,412,8 mmHg. Data hasil penelitian epidemiologi memperlihatkan bahwa hipertensi dijumpai pada 50%-70% pasien stroke, angka fatalitas berkisar antara 20%-30% di banyak negara. Kematian akan jauh meningkat (peningkatan sebesar 47%) pada serangan stroke ulang (WHO fact sheet, 2005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi pada fase stroke akut adalah tinggi (71%). Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang utama dan dapat dimodifikasi. Penelitian telah membuktikan bahwa pengendalian tekanan darah akan menurunkan dengan signifikan kejadian stroke. Pengendalian tekanan darah harus dilakukan untuk pencegahan stroke sekunder. Tekanan darah target adalah dibawah 140 mmHg untuk tekanan darah sistolik, dan dibawah 85 mmHg untuk tekanan darah diastolik (Rekomendasi A)(7). Kombinasi penghambat ACE dan diuretika tipe thiazid direkomendasikan untuk prevensi stroke sekunder. Meta analisis terhadap uji klinik menyimpulkan bahwa terapi penghambat saluran beta dan diuretik cukup efektif dalam menurunkan risiko stroke. Terapi anti hipertensi yang adekuat dihubungkan dengan penurunan risiko stroke sebesar 35%-44%. Beberapa penelitian mengamati perubahan tekanan darah pada fase akut stroke. Penelitian Toyoda, dkk memperlihatkan bahwa pada 6 hari pertama fase akut stroke tekanan darah akan mengalami perubahan yang bervariasi berdasar pada sub tipe stroke. Pada beberapa uji klinik, pemberian obat anti hipertensi dihubungkan dengan penurunan risiko stroke sebesar 35-40%. Penurunan tekanan darah sistolik sebesar 12 mmHg selamam 10 tahun akan mencegah 1 kematian dari 11 pasien yang mendapat terapi oat anti hipertensi. Kombinasi penghambat ACE dan diuretika tipe thiazid direkomendasikan untuk prevensi stroke sekunder. Pernahkah anda mengukur tekanan darah anda ? Pernahkah anda memeriksakan diri untuk faktor risiko stroke yang lain? Bila belum, mungkin sekarang saatnya. Lebih baik mencegah daripada mengobati.
source:strokebethesda.com
|