Buncis, siapa yang tidak kenal dengan sayuran ini? Namun Anda mungkin belum tahu bahwa buncis bukanlah tanaman asli Indonesia. Bahkan nama buncis berasal dari bahasa Belanda boontjes. Sayuran bernama latin Phaseolus vulgaris ini diduga berasal dari Peru. Dari sana, buncis menyebar ke seluruh Amerika Selatan dan Tengah sebelum diperkenalkan ke Eropa sekitar abad ke-16 oleh penjelajah Spanyol dan kemudian tersebar ke bagian dunia lain oleh pedagang Spanyol dan Portugis. Saat ini, produsen komersial terbesar buncis segar termasuk Argentina, Cina, Mesir, Perancis, Indonesia, India, Irak, Italia, Perancis, Meksiko, Belanda, Spanyol, dan Amerika Serikat.
Sayuran sehat
Buncis adalah kacang-kacangan yang menyehatkan. Kandungan gizinya sangat banyak. Setiap 100 gram buncis sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan harian 20% vitamin C, 18% Vitamin K dan 13% vitamin A. Selain itu, ada banyak serat dan sejumlah vitamin B1, B2, B3, B6 dan B11. Buncis juga mengandung mineral, seperti mangan, molibdenum, magnesium, potasium, zat besi, fosfor, kalsium dan tembaga.
Kandungan fitonutrien dalam buncis termasuk berbagai karotenoid dan flavonoid yang memiliki efek antioksidan kuat. Karena berwarna hijau, Anda mungkin tidak mengira bahwa buncis menyediakan sejumlah karoteniod yang biasanya hadir pada sayuran berwarna seperti wortel dan tomat. Penelitian terbaru telah mengkonfirmasi adanya lutein, beta-karoten, violaxanthin, dan neoxanthin dalam buncis. Kita tidak melihat karotenoid itu karena kandungan klorofilnya yang pekat. Flavonoid dalam buncis mencakup quercetin, kaemferol, catechin, procyanidin dan epicatechin.
Baik untuk pembuluh darah
Menurut beberapa penelitian, kapasitas antioksidan buncis secara keseluruhan lebih besar dibandingkan makanan serupa dalam keluarga kacang-kacangan seperti kacang polong atau kacang panjang. Kapasitas antioksidan itu memberikan manfaat langsung pada sistem kardiovaskuler. Manfaat buncis terutama berasal dari biji kacang yang terdapat di dalamnya. Dalam studi pada tikus, buncis terlihat dapat menekan peningkatan kadar lemak darah dan melindungi sel-sel dari kerusakan oksidatif. Meskipun belum diteliti sampai saat ini, asam lemak omega-3 dalam buncis juga mungkin berkontribusi penting pada manfaat kardiovaskulernya. Buncis mengandung sejumlah asam lemak alfa-linolenat omega-3 (ALA). Terdapat 1 miligram ALA untuk setiap 4 kalori buncis yang Anda makan.
Baik untuk pasien diabetes
Karena diabetes diduga disebabkan oleh peradangan kronis pada sistem pencernaan, kapasitas antioksidan buncis sangat membantu bagi pasien diabetes. Selain itu, kandungan seratnya membuat pelepasan glukosa dilakukan bertahap ke dalam darah. Tidak ada lonjakan gula darah secara tiba-tiba.
Dengan membantu pencernaan, serat juga bermanfaat untuk orang yang tidak menderita diabetes karena turut mencegah banyak penyakit dan meningkatkan penyerapan nutrisi.
Tips untuk Anda
- Buncis termasuk di antara sejumlah kecil makanan yang mengandung oksalat. Oksalat yang terlalu terkonsentrasi di cairan tubuh dapat mengkristal dan menimbulkan masalah kesehatan. Oleh karena itu, penderita penyakit ginjal atau kandung empedu mungkin perlu menghindarinya.
- Belilah buncis di pasar atau petani yang menjual dalam kondisi segar dan Anda dapat memilih-milih untuk mendapatkan kualitas terbaik. Pilihlah buncis yang berwarna hijau cerah dan bertekstur halus, bebas dari bintik-bintik coklat atau belang. Simpan buncis yang segar dalam kantong plastik di rak kulkas. Dengan cara ini, buncis dapat disimpan sampai sekitar tujuh hari di dalam kulkas.
- Sebelum memasak buncis, cuci di bawah air mengalir. Potong kedua ujungnya dengan baik dengan pisau. Buncis sebaiknya tidak dimasak terlalu matang. Untuk mempertahankan fitonutrien, vitamin dan mineralnya, sebaiknya Anda tidak merebus atau menumis lebih dari 5 menit. Memasak terlalu lama juga mengurangi rasa dan menghilangkan kelembaban buncis, yang diperlukan untuk tetap lembut dan mempertahankan warna hijau cerahnya yang indah.
source:http://majalahkesehatan.com/