Kecantikan ataupun kesempurnaan secara fisik bersifat sangat relatif. Setiap orang pasti pernah merasakan ketidakpuasan dengan penampilan fisiknya, mulai dari wajah, rambut, lengan, pinggul ataupun bagian lainnya. Namun, saat ini sudah banyak produk kecantikan, pemutih wajah, dan obat pelangsing yang cukup diminati oleh semua orang.
Kondisi dimana kita merasa tidak puas dengan penampilan fisik diistilahkan sebagai body dysmorphic disorder (BDD). Mungkin istilah itu masih asing di telinga kita, namun bukan hal yang mustahil jika di sekitar kita banyak yang menderita sindrom tersebut. Sindrom BDD dapat mengakibatkan seseorang tidak hanya merasa tertekan, tapi juga akan menurunkan fungsi seseorang dalam kehidupan sosial, keluarga, pekerjaan, dan bidang kehidupan lainnya.
Penderita BDD sangat terganggu dengan penampilan fisiknya karena mereka merasa memiliki kekurangan yang fatal atau menganggap diri aneh dan buruk rupa (padahal mungkin saja orang lain tidak menilai demikian). Penderita BDD umumnya akan mengerahkan berbagai upaya untuk menutupi kekurangan fisiknya. Beberapa karakteristik pada mereka yang mengalami sindrom BDD:
1. Konsep diri negatif dan tidak percaya diri.
2. Penderita BDD biasanya memandang dan menilai dirinya secara negatif.
3. Mereka cenderung tidak percaya diri sehingga sulit membina hubungan dengan orang lain.
4. Karena merasa kurang menarik, penderita BDD sering merasa tidak nyaman berada di tengah-tengah komunitasnya. Ada perasaan takut dijauhi, dikucilkan, dan diabaikan.
5. Penderita BDD terkadang terlalu sensitif dan khawatir jika orang lain memperhatikan kekurangannya sehingga berjuang keras untuk menutupi kekurangan tersebut, misalnya dengan:
* Berlama-lama di depan cermin.
* Selalu memfokuskan kekurangan diri untuk dibandingkan dengan orang lain.
* Sering meminta konfirmasi ke orang lain bahwa dia baik-baik saja.
* Berdandan berlebihan untuk menutupi kekurangan.
* Diet yang sangat ketat.
* Berulang-ulang menyentuh bagian tubuh yang dinilai sebagai kekurangan dirinya.
* Rajin berkonsultasi ke dermatologis atau ahli kosmetik tertentu.
* Banyak membaca buku-buku yang mengupas masalah kekurangan diri secara fisik.
* Menghabiskan waktu hingga berjam-jam untuk mengurusi penampilannya (1-3 jam setiap hari).
* Menghindari situasi sosial yang mengakibatkan terjadinya penurunan fungsi sosial.
Pada umumnya gejala BDD mulai tampak ketika seseorang berada dalam masa remaja. BDD berlangsung selama bertahun-tahun dan kian memburuk kondisinya bila tidak ditangani secara benar.
Dalam dunia kedokteran, memang sudah dikembangkan cara penanganan BDD dengan menggunakan obat-obatan. Salah satunya adalah SSRI (selective serotonin-reuptake inhibitors). Namun, obat saja tidaklah cukup. Jika seseorang sudah mengalami BDD, mereka sebaiknya menjalani psikoterapi agar mereka mampu memahami akar permasalahan sebenarnya. Dengan demikian, dapat dibangun konsep dan pola pikir yang lebih positif dan obyektif dalam menilai diri sendiri.(info-sehat.com)
Kondisi dimana kita merasa tidak puas dengan penampilan fisik diistilahkan sebagai body dysmorphic disorder (BDD). Mungkin istilah itu masih asing di telinga kita, namun bukan hal yang mustahil jika di sekitar kita banyak yang menderita sindrom tersebut. Sindrom BDD dapat mengakibatkan seseorang tidak hanya merasa tertekan, tapi juga akan menurunkan fungsi seseorang dalam kehidupan sosial, keluarga, pekerjaan, dan bidang kehidupan lainnya.
Penderita BDD sangat terganggu dengan penampilan fisiknya karena mereka merasa memiliki kekurangan yang fatal atau menganggap diri aneh dan buruk rupa (padahal mungkin saja orang lain tidak menilai demikian). Penderita BDD umumnya akan mengerahkan berbagai upaya untuk menutupi kekurangan fisiknya. Beberapa karakteristik pada mereka yang mengalami sindrom BDD:
1. Konsep diri negatif dan tidak percaya diri.
2. Penderita BDD biasanya memandang dan menilai dirinya secara negatif.
3. Mereka cenderung tidak percaya diri sehingga sulit membina hubungan dengan orang lain.
4. Karena merasa kurang menarik, penderita BDD sering merasa tidak nyaman berada di tengah-tengah komunitasnya. Ada perasaan takut dijauhi, dikucilkan, dan diabaikan.
5. Penderita BDD terkadang terlalu sensitif dan khawatir jika orang lain memperhatikan kekurangannya sehingga berjuang keras untuk menutupi kekurangan tersebut, misalnya dengan:
* Berlama-lama di depan cermin.
* Selalu memfokuskan kekurangan diri untuk dibandingkan dengan orang lain.
* Sering meminta konfirmasi ke orang lain bahwa dia baik-baik saja.
* Berdandan berlebihan untuk menutupi kekurangan.
* Diet yang sangat ketat.
* Berulang-ulang menyentuh bagian tubuh yang dinilai sebagai kekurangan dirinya.
* Rajin berkonsultasi ke dermatologis atau ahli kosmetik tertentu.
* Banyak membaca buku-buku yang mengupas masalah kekurangan diri secara fisik.
* Menghabiskan waktu hingga berjam-jam untuk mengurusi penampilannya (1-3 jam setiap hari).
* Menghindari situasi sosial yang mengakibatkan terjadinya penurunan fungsi sosial.
Pada umumnya gejala BDD mulai tampak ketika seseorang berada dalam masa remaja. BDD berlangsung selama bertahun-tahun dan kian memburuk kondisinya bila tidak ditangani secara benar.
Dalam dunia kedokteran, memang sudah dikembangkan cara penanganan BDD dengan menggunakan obat-obatan. Salah satunya adalah SSRI (selective serotonin-reuptake inhibitors). Namun, obat saja tidaklah cukup. Jika seseorang sudah mengalami BDD, mereka sebaiknya menjalani psikoterapi agar mereka mampu memahami akar permasalahan sebenarnya. Dengan demikian, dapat dibangun konsep dan pola pikir yang lebih positif dan obyektif dalam menilai diri sendiri.(info-sehat.com)