Download

7 Makanan Lezat Rendah Kalori Untuk Menurunkan Berat Badan

Beberapa Makanan Sehat Lezat tetapi rendah kalori yang bisa dikonsumsi untuk menurunkan berat badan anda..

Kenapa Sarapan Penting Untuk Menurunkan Berat Badan?

Penjelasan singkat tentang arti penting sarapan dalam proses menurunkan berat badan...

5 Tips Agar Tetap Termotivasi dalam Menurunkan Berat Badan

5 Tips sederhana agar kita tetap termotivasi dalam proses menurunkan berat badan...

12 Langkah Awal Menurunkan Berat Badan Anda

12 Panduan sederhana sebagai langkah awal menurunkan berat badan

6.5 Kesalahan Paling Fatal Dalam ber-Diet

Beberapa Kesalahan Fatal yang sering dilakukan oleh orang-orang yang menjalankan program diet...

April 19, 2008

Suplemen Asam Folat Turunkan Risiko Stroke

Berdasarkan hasil sebuah penelitian meta analisis, diketahui bahwa suplemen asam folat bisa menurunkan risiko stroke sebesar 18% - 25%. Namun, manfaatnya untuk kondisi kardiovaskular lainnya belum diketahui secara jelas.

Pengurangan risiko stroke tersebut muncul dari sebuah meta analisis delapan trial acak yang mengamati suplementasi asam folat, dengan atau tanpa vitamin B lainnya. Penelitian itu dilakukan oleh para ilmuwan dari Northwestern University, dan hasilnya dilaporkan dalam jurnal The Lancet edisi 2 Juni 2007.

Dalam analisis bertingkat trial yang memasukkan 16.841 pria dan wanita, peneliti membagi kelompok tersebut menjadi :

* Sub kelompok yang menerima suplemen asam folat lebih dari 3 tahun
* Sub kelompok yang mempunyai kadar homosistein menurun sebesar 20% atau lebih
* Sub kelompok yang hidup di wilayah tanpa fortifikasi asam folat

Studi tersebut menetapkan bahwa pasien dengan berbagai penyakit sering mengalami kekurangan asam folat, vitamin B lainnya (seperti vitamin B6 dan vitamin B12), serta asam lemak omega-3 (khususnya DHA).

Ke-delapan trial itu memasukkan pasien dengan kondisi awal, yaitu satu trial dengan sejarah stroke dan tujuh lainnya dengan penyakit jantung koroner dan penyakit ginjal tahap akhir atau displasia esofagus. Penurunan risiko stroke secara keseluruhan adalah sebanyak 18%. Selain itu, risiko stroke 25% lebih rendah pada 7 trial yang tidak ada sejarah stroke.

Walaupun telah terbukti bahwa suplemen asam folat dapat menurunkan risiko stroke, debat terus berlanjut apakah asam folat dapat memperbaiki hasil dari penilaian akhir kardiovaskular. Beberapa studi menemukan hasil yang bertolak belakang, sedangkan studi epidemiologi mendukung usulan bahwa faktor risiko dan kekuatan hubungan berbeda antara stroke dan penyakit kardiovaskular. Para peneliti berspekulasi, walaupun alasan perbedaan tidak dipahami seluruhnya, mereka mengacu pada fakta bahwa stroke lebih berkaitan dengan patologi pada pembuluh darah kecil, sedangkan penyakit kardiovaskular cenderung melibatkan pembuluh darah besar.

Trial klinis selanjutnya diharapkan bisa dilakukan di daerah tanpa fortifikasi dan diantara individu tanpa sejarah stroke untuk menguji efektivitas dan hubungan sebab akibat antara suplementasi asam folat pada stroke.

Sumber : Jurnal The Lancet (Juni 2007)

Stroke: Rusaknya Sel-sel Otak

Stroke adalah keadaan di mana sel-sel otak mengalami kerusakan karena tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi yang cukup. Sel-sel otak harus selalu mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi yang cukup agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Stroke merupakan salah satu penyebab kematian terbesar saat ini. Bahkan di Amerika Serikat, stroke dan beberapa penyakit pembuluh darah lainnya merupakan penyebab kematian yang utama.

Asupan oksigen dan nutrisi akan dibawa oleh darah yang mengalir dalam pembuluh-pembuluh darah yang menuju sel-sel otak. Apabila aliran darah atau aliran oksigen dan nutrisi itu terhambat selama beberapa menit saja, maka dapat terjadi stroke.

Penghambatan aliran oksigen ke sel-sel otak selama 3 atau 4 menit saja sudah mulai menyebabkan kerusakan sel-sel otak. Semakin lama penghambatan itu terjadi, efeknya akan semakin parah dan semakin sulit untuk dipulihkan. Oleh sebab itu, tindakan yang cepat dalam mencegah dan mengatasi serangan stroke sangat menentukan kesembuhan atau pemulihan kesehatan para penderita stroke.

Penyempitan pembuluh darah menuju sel-sel otak menyebabkan aliran darah dan asupan nutrisi ke otak akan berkurang. Selain itu, endapan zat-zat lemak tersebut dapat terlepas dalam bentuk gumpalan-gumpalan kecil yang suatu saat dapat menyumbat aliran darah ke otak sehingga sel-sel otak kekurangan oksigen dan nutrisi.

Hipertensi dapat menyebabkan tekanan yang lebih besar pada dinding pembuluh darah sehingga dinding pembuluh darah menjadi lemah dan pembuluh darah akan mudah pecah. Haemorrhagic stroke dapat juga terjadi pada mereka yang tidak menderita hipertensi. Pada kasus seperti itu, biasanya pembuluh darah akan pecah akibat lonjakan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba, misalnya karena konsumsi makanan ataupun faktor emosional.

Pecahnya pembuluh darah di otak dapat menyebabkan sel-sel otak yang seharusnya mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi yang dibawa melalui pembuluh darah tersebut menjadi kekurangan nutrisi dan akhirnya mati. Darah yang keluar dari pembuluh darah yang pecah juga dapat merusak sel-sel otak yang berada di sekitarnya. Walaupun terjadinya lebih jarang dibandingkan dengan ischemic stroke, yaitu hanya sekitar 20% dari total kasus stroke, namun haemorrhagic stroke memiliki tingkat bahaya yang lebih serius dibandingkan dengan ischemic stroke.

Apakah Anak-anak Juga Bisa Terkena Stroke?

Stroke tak hanya terjadi pada orang dewasa atau lanjut usia. Stroke dapat juga terjadi pada anak-anak maupun bayi. Angka kejadian stroke pada anak-anak sekitar 2-5 per 100.000 anak per tahun, sedangkan angka kejadiannya pada bayi mencapai 25 per 100.000 bayi per tahun.

Waspadalah jika anak Anda sering pusing, migrain atau sakit kepala di bagian tertentu, dan mata terasa berkunang-kunang. Apalagi bila 1-2 jam kemudian pusingnya semakin menjadi-jadi, bahkan disertai dengan muntah, kejang, dan hilang kesadaran. Tak ada yang bisa menyangka anak yang semula dapat berbicara dengan lancar akhirnya menjadi terbata-bata, gerak tubuhnya pun mendadak kaku dan menjadi lumpuh.

Gejala tersebut tak hanya dialami oleh anak-anak usia sekolah, melainkan juga pada bayi. Bayi tersebut biasanya akan rewel terus-menerus, tak mau minum susu, muntah, dan kejang. Selanjutnya diikuti dengan menurunnya kesadaran, lemas, bahkan kelumpuhan.

Jika si kecil memperlihatkan gejala-gejala klinis tersebut, sebaiknya orangtua segera membawanya ke dokter. Semua gejala tersebut merupakan pertanda adanya suatu ketidakberesan pada otak, yang sering dikenal dengan istilah stroke.

Berdasarkan penyebabnya, stroke dibedakan menjadi stroke perdarahan dan stroke bukan perdarahan (iskemik). Stroke iskemik berkaitan dengan adanya penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah di otak. Stroke ini paling banyak terjadi pada anak-anak. Penyebabnya antara lain, yaitu:

* Hipoksia atau kekurangan oksigen, misalnya pada bayi yang baru lahir.

* Kekurangan vitamin K yang dapat menyebabkan pembuluh darah mudah pecah, terutama pada?bayi baru lahir.

* Kelainan jantung. Jantung yang bermasalah menyebabkan terganggunya suplai darah, zat makanan, dan oksigen ke otak. Hal itu dapat juga terjadi pada pasien pascaoperasi jantung.

* Benturan atau trauma kepala pada anak yang memungkinkan terjadinya perdarahan pada otak.

* Infeksi virus atau bakteri yang bisa menyebar ke otak, misalnya ensefalitis atau radang selaput otak.

* Kelainan pembuluh darah kongenital dimana pembuluh darah tersebut bisa pecah kapan saja.

* Kelainan pembekuan darah, misalnya kadar trombosit yang sangat rendah sehingga pembuluh darah mudah pecah.

* Penyakit seperti leukemia, tumor, dan sebagainya.

* Stres yang berdampak adanya tekanan pada aliran?pembuluh darah, sehingga pembuluh darah akan menyempit dan terjadi sumbatan ke pembuluh darah otak. Kondisi itu? dapat mempermudah terjadinya stroke.

Ikan Bakar Lebih Menyehatkan Dibanding Digoreng

Bila Anda menyukai mengkonsumsi ikan, sebaiknya ikan tersebut disajikan dalam bentuk dibakar. Karena ikan bakar akan membuat risiko Anda untuk mengalami stroke menjadi berkurang, sedang bila ikan tersebut digoreng sebaliknya akan meningkatkan risiko untuk menderita stroke.

Ikan memang menyehatkan, tapi cara memasak akan memberikan efek berbeda terhadap kesehatan. Demikian yang ditemukan dalam penelitian di Amerika Serikat, dimana mereka yang telah berusia 65 tahun atau lebih dan sering mengkonsumsi ikan bakar akan berkurang risiko strokenya hingga 30% dibanding dengan orang yang hanya mengkonsumsi ikan sekali dalam sebulan.

Sebaliknya, mereka yang mengkonsumsi ikan dengan cara digoreng atau dalam sandwiches yang lebih dari satu kali dalam seminggu, akan berisiko 40% lebih tinggi untuk menderita stroke, dibanding dengan orang yang jarang mengkonsumsi ikan (kurang dari sekali dalam sebulan).

Hal ini disebabkan karena dengan banyak mengkonsumsi ikan yang dibakar, akan diperoleh lebih banyak asupan asam lemak Omega-3 yang baik untuk pembuluh darah, tekanan darah dan mengurangi peradangan. Semua itu akan membuat risiko stroke menjadi menurun. Sebaliknya, ikan yang digoreng akan membuat asam lemak Omega-3 berkurang. Selain itu faktor seperti jenis ikan yang digoreng, cara penyajian dan yang makanan lain yang dikonsumsi bersama dengan ikan goreng yang berkaitan dengan pola makan, akan mempertinggi risiko stroke.

Selain itu, para peneliti mengungkapkan bahwa konsumsi ikan yang lebih dari 5 kali dalam seminggu, tampaknya tidak mengurangi stroke dibanding dengan konsumsi 1-4 porsi dalam seminggu. Tapi tidak disebutkan berapa berat ikan yang dikonsumsi dalam 1 porsi.

Jenis ikan yang diketahui mempunyai kadar asam lemak Omega-3 yang tinggi, yang baik untuk mencegah stroke antara lain: ikan tuna, salmon, herring, mackerel dan anchovies.

Sumber: Archives of Internal Medicine

Risiko untuk Menderita Stroke dapat Diubah

Salah satu faktor risiko terbesar untuk stroke adalah tekanan darah tinggi atau hipertensi. Tapi bagi mereka yang memiliki tekanan darah normal, juga tidak tertutup kemungkinan untuk dapat menderita stroke juga.

Faktor-faktor risiko lain seperti merokok dan kegemukan, merupakan faktor risiko yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko ini dapat diubah sehingga menurunkan risiko untuk menderita stroke.

Demikian hasil penelitian yang dilakukan dari para ahli di Malmo University Hospital, Swedia, yang diikuti oleh lebih dari 28.000 orang. Penelitian ini dilakukan selama 6 tahun untuk mengetahui faktor risiko dari stroke. Selama penelitian tersebut, 466 orang mengalami storke.

Sebagian besar dari mereka yang mengalami stroke mempunyai tekanan darah tinggi, tapi 12% dari mereka mempunyai tekanan darah normal, yaitu dengan tekanan darah yang kurang dari 140/90. Mereka yang mengalami stroke dengan normal tekanan darah mempunyai faktor-faktor risiko lain seperti usia yang lebih tua, kegemukan, merokok, penyakit jantung dan tukak lambung (sakit maag).

Tukak lambung, dihubungkan dengan terjadinya stroke karena kuman Helicobacter pylori, sebagai penyebab tukak lambung diduga berperan dalam terjadinya sumbatan dalam dinding pembuluh darah.

Sama halnya seperti kegemukan dan merokok, tukak lambung juga merupakan suatu kondisi yang dapat diobati sehingga faktor-faktor risiko ini sebenarnya dapat diubah untuk mencegah terkena stroke.

Sumber: Jurnal Stroke

Garam dan Lemak Pertinggi Risiko Stroke

Penelitian multietnis dari Northern Manhattan Study (NOMAS), menunjukkan bahwa konsumsi tinggi lemak dan garam dalam makanan akan mempertinggi risiko untuk menderita Stroke.

Penelitian yang dilakukan terhadap 3.183 penduduk dengan usia rata-rata 70 tahun, dengan berbagai etnis. Dalam lima tahun, terjadi 142 orang yang menderita stroke.

Partisipan itu dibagi dalam 4 kelompok berdasarkan kadar lemak dalam makanan sehari-hari. Jumlah lemak ini dibandingkan dengan kadar lemak yang direkomendasikan oleh American Heart Association, yaitu 65 gram lemak per hari, berdasarkan diet 2.000 kalori. Ini berarti 30% kalori berasal dari lemak.

Semua faktor risiko stroke telah diperhitungkan seperti usia, jenis kelamin, suku, pendidikan, penyakit Diabetes, Hipertensi, penyakit jantung, merokok, konsumsi alkohol, berat badan dan aktifitas yang dilakukan. Hasilnya menunjukkan, mereka yang mengkonsumsi lemak terbanyak setiap harinya (115 gram per hari) berisiko untuk menderita stroke 64% lebih besar dibanding dengan yang mengkonsumsi lemak paling sedikit (24 gram per hari). Lemak yang berisiko untuk mengakibatkan stroke, terutama jenis lemak jenuh.

Penelitian ini juga melihat pengaruh dari konsumsi tinggi garam terhadap risiko stroke. Konsumsi garam yang melebihi dari 4 gram per hari akan meningkatkan risiko stroke dibanding dengan konsumsi garam 2,4 gram per hari.

Selain pengaruh garam dalam meningkatkan tekanan darah, garam juga meningkatkan kekakuan dari dinding pembuluh darah arteri. Ini yang kemungkinan menyebabkan risiko stroke menjadi meningkat.

Risiko Stroke Berhubungan dengan Riwayat Dalam Keluarga

Riwayat penyakit dalam keluarga, merupakan salah satu faktor risiko untuk penyakit-penyakit tertentu. Sebut saja penyakit kencing manis, asma, hipertensi dan sebagainya. Demikian juga untuk penyakit stroke.

Seorang wanita muda bila dalam keluarganya, baik orang tua maupun saudara ada yang menderita stroke, maka akan meningkatkan risikonya untuk mengalami stroke.

Demikian yang terlihat dari penelitian pada lebih dari 500 wanita, yang berusia antara 18 hingga 44 tahun, yang risikonya untuk menderita stroke iskemik (karena sumbatan pada pembuluh darah), meningkat hampir dua kali lipat dengan adanya riwayat keluarga yang menderita stroke. Dan risikonya meningkat hingga 2,4 kali lipat untuk mengalami stroke perdarahan (pecahnya pembuluh darah) pada wanita yang mempunyai riwayat stroke dalam keluarga.

Dari penelitian ini terlihat bahwa riwayat stroke pada keluarga, ternyata menjadi faktor risiko penting untuk mengalami stroke. Bagaimana hubungan ini dapat terjadi, para peneliti belum mampu untuk menjelaskan.

Stroke merupakan salah satu penyakit yang dapat terjadi dengan cepat, yang dapat berakibat pada kelumpuhan (cacat) dan bahkan kematian. Pencegahan merupakan cara utama dengan menekan faktor-faktor risiko penyebabnya.

Sumber: the American Journal of Preventive Medicine

Stroke Sepintas Juga Bahayakan Jiwa

Serangan Stroke Sepintas (Transient Ischaemic Attack- TIA), merupakan suatu keadaan dimana aliran darah ke otak menurun sejenak. Ini merupakan keadaan stroke yang biasanya dapat pulih kembali. Tapi ternyata, keadaan pasien sering tidak berakhir sebaik itu. Banyak pasien yang kesehatannya bertambah parah dan tidak sedikit yang berakhir dengan kematian.

Penelitian dilakukan terhadap 1.380 pasien yang dirawat karena TIA dan 3.855 pasien yang dirawat karena stroke. Kedua kelompok tersebut dibandingkan, termasuk dari lamanya perawatan di rumah sakit, komplikasi selama di rumah sakit dan keadaan saat mereka keluar rumah sakit.

Selama dalam perawatan, 8% pasien TIA menderita radang paru dan infeksi saluran kemih, dibandingkan dengan 19% pada pasien stroke. 2% pasien TIA mengalami gangguan jantung (4% pada pasien stroke), 8% pasien TIA yang mengalami mengalami stroke berikutnya saat di rumah sakit.

Kematian dialami oleh 2% pasien TIA dan 9% pasien stroke. 5% pasien TIA dan 10% pasien stroke meninggal dalam 6 bulan. 5% pasien TIA mengalami stroke saat mereka di rumah dan 6% pasien stroke yang mengalami stroke berulang.

Dengan hasil seperti itu, penelitian di Jerman ini menegaskan bahwa pasien yang menderita TIA, juga harus segera mendapat evaluasi dan perlakuan yang sama dengan pasien stroke. Hal ini untuk melihat apakah pasien TIA ini benar-benar sudah pulih seperti semula.?

Sumber: Jurnal Stroke.

Gemuk Berisiko Stroke

Memang telah diketahui lama bahwa salah satu risiko untuk mengalami stroke adalah kegemukan. Dan penelitian terbaru di Swedia memperlihatkan bahwa kegemukan akan meningkatkan risiko seseorang untuk menderita stroke hingga hampir dua kali lipatnya. Dan peningkatan risiko ini telah memperhitungkan akan adanya risiko stroke lainnya seperti diabetes, tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi.

Dari 7.400 pria yang berusia antara 47-55 tahun yang diteliti selama 28 tahun, terlihat bahwa kegemukan, yang dilihat dari indeks massa tubuh antara 30-93, akan cenderung mengalami stroke lebih dari sekali dibanding dengan orang yang mempunyai berat badan ideal (indeks massa tubuh antara 20-23).

Penelitian sebelumnya di tahun 2002 dengan 21.000 orang pria, juga menghasilkan kesimpulan yang kurang lebih sama. Setiap peningkatan 1 unit indeks massa tubuh maka akan meningkatkan risiko stroke sebesar 6%.

Indeks massa tubuh (IMT) adalah ukuran untuk menentukan apakah seseorang termasuk dalam berat badan kurang, ideal, berlebih hingga kegemukan. Cara menghitungnya yaitu berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter. Bila seseorang mempunyai IMT 25, maka termasuk kategori berat badan berlebih sedang bila IMT sudah mencapai 30 maka sudah termasuk kategori gemuk.

Dari sekian banyak risiko stroke, memang hipertensi menempati urutan teratas. Walaupun demikian kegemukan, merupakan salah satu risiko yang penting juga karena akan meningkatkan risiko stroke hampir dua kali lipat.

Sumber: Jurnal Stroke

Efektivitas Makanan Rendah Kolesterol

Konsumsi makanan yang rendah kolesterol setiap hari diduga dapat menurunkan tingkat kolesterol darah secara efektif, sama halnya seperti mengonsumsi obat-obatan penurun kolesterol (kelompok statin). Efek?yang terjadi akibat mengonsumsi makanan yang kaya akan serat, kedelai, plant sterol, atau almond bersifat dapat menurunkan berat badan (mild weight loss).?

Menurut American Journal of Clinical Nutrition, penelitian tersebut bersifat unik karena beberapa sukarelawan sebelumnya?pernah ikut dalam ujicoba dengan menggunakan statin, sehingga para peneliti dapat membandingkan efek yang ditimbulkan akibat konsumsi makanan dan juga penggunaan obat statin pada orang yang sama.

Penelitian itu melibatkan 66 orang dengan tingkat kolesterol yang tinggi untuk mengonsumsi tujuh jenis makanan yang mengandung serat.?Namun, hanya 55 orang yang berhasil menjalani penelitian tersebut hingga selesai.?Setelah satu tahun, tingkat kolesterol LDL dari para sukarelawan umumnya menurun sebesar 13-14%. Sekitar sepertiga dari seluruh sukarelawan memiliki penurunan kolesterol LDL lebih dari 20%.

Selama penelitian berlangsung, para sukarelawan yang kolesterol LDL-nya turun lebih dari 20% tampak lebih dibantu karena pola makannya. Namun, tidak ada perbedaan hasil antara perlakuan dengan konsumsi makanan tertentu dan dengan menggunakan obat statin.?Penurunan kolesterol lebih dari 20% akibat konsumsi makanan adalah?sama hasilnya seperti pengobatan menggunakan statin, yang berkaitan dengan penurunan kematian sebesar 25-35% akibat penyakit jantung.

Sumber : American Journal of Clinical Nutrition, Maret 2006

Bagaimana Caranya Mengendalikan Kolesterol?

Kolesterol diketahui sebagai pemicu berbagai gangguan kesehatan, seperti hipertensi, gangguan jantung, hingga stroke. Sebenarnya kolesterol merupakan unsur yang dibutuhkan oleh tubuh. Namun, jika kadarnya berlebihan di dalam tubuh akan menyebabkan berbagai penyakit.

Langkah-langkah berikut ini diketahui dapat mengendalikan kadar kolesterol dalam darah.

1. Mengetahui kadar kolesterol
Umumnya dokter menyarankan agar kadar kolesterol total seseorang berada di bawah 200 mg/dL, dengan kadar LDL (kolesterol jahat) di bawah angka 130, dan HDL (kolesterol baik) berada di atas angka 40.

2. Menjaga keseimbangan berat badan
Mengurangi berat badan yang berlebih merupakan salah satu cara untuk mengendalikan kadar kolesterol dalam darah. Penelitian juga menunjukkan bahwa berat badan yang berlebih dapat mengganggu proses metabolisme tubuh dalam menghancurkan lemak. Meskipun kita hanya mengonsumsi sedikit lemak, namun tidak terlihat penurunan kadar kolesterol yang berarti. Mengurangi sekitar 2.5–4.5 kg berat badan diduga dapat memperbaiki kadar kolesterol.

3. Aktvitas fisik rutin
Salah satu cara mengendalikan kadar kolesterol adalah dengan berolahraga secara rutin. Jalan kaki atau jenis olahraga ringan lainnya yang dilakukan secara rutin akan membantu meningkatkan kadar HDL. Pastikan saja bahwa kita berolahraga 30 menit setiap hari dan lima hari dalam seminggu.

4. Berkenalan dengan lemak baik
Jika telah terdiagnosa memiliki kadar kolesterol yang tinggi, biasanya disarankan agar kita menurunkan konsumsi lemak. Sebaiknya kita mengonsumsi jenis makanan yang mengandung lemak tak jenuh tunggal, seperti selai kacang, avokad, minyak zaitun dan kanola, serta kacang-kacangan. Penelitian membuktikan bahwa jenis lemak tersebut membantu menurunkan kadar LDL dan trigliserida dalam darah, serta meningkatkan HDL.

5. Mengonsumsi multivitamin
Sekalipun telah mengonsumsi makanan yang sehat, tetap saja ada kemungkinan tubuh kita kekurangan unsur nutrisi tertentu. Untuk mengatasi kondisi tersebut, kita disarankan untuk mengonsumsi multivitamin atau suplemen makanan untuk mencukupi kebutuhan dasar nutrisi dan menurunkan risiko penyakit jantung dan stroke. Sebaiknya pilih multivitamin yang mengandung asam folat, vitamin B6 dan vitamin B12, karena ketiganya memiliki manfaat penting dalam menjaga kesehatan jantung.

Seluk Beluk tentang Kolesterol

Kolesterol atau kadar lemak dalam darah umumnya berasal dari menu makanan yang dikonsumsi. Semakin banyak konsumsi makanan berlemak, maka akan semakin besar peluangnya untuk menaikkan kadar kolesterol. Contoh makanan tersebut seperti gorengan, minyak kelapa atau kelapa sawit, alpukat, durian, daging berlemak, jeroan, kacang tanah, dan sejenisnya.

Jenis kolesterol dibedakan menjadi Low Density Lipoprotein (LDL) dan High Density Lipoprotein (HDL). LDL sering disebut sebagai kolesterol jahat karena tingginya kadar LDL akan berpotensi menumpuk atau menempel pada dinding pembuluh nadi koroner yang dapat menyebabkan penyempitan dan penyumbatan aliran darah (aterosclerosis). Akibatnya jantung kesulitan untuk memompa darah dan akhirnya berlanjut ke gejala serangan jantung mendadak. Bila penyumbatan itu terjadi di otak, maka akan menyebabkan stroke dan kelumpuhan.

Penderita kolesterol umunya diderita oleh orang gemuk, namun tidak menutupi kemungkinan orang yang kurus juga bisa terserang kolesterol tinggi, apalagi dengan mengonsumsi makanan modern yang rendah serat namun lemaknya tinggi. Selain faktor makanan, kolesterol yang tinggi juga bisa disebabkan oleh faktor keturunan. Oleh sebab itu, semua orang baik kurus apalagi gemuk, baik yang belum pernah menderita kolesterol apalagi yang sudah pernah mengalaminya, perlu menjaga makanan dengan mengurangi makanan gorengan atau berminyak dan memperbanyak konsumsi makanan berserat.

Kolesterol total sebenarnya merupakan susunan dari banyak zat, termasuk trigliserida, LDL kolesterol, dan HDL kolesterol. Trigliserida adalah salah satu bentuk lemak yang diserap oleh usus setelah mengalami hidrolisis. Trigliserida kemudian masuk ke dalam plasma dalam dua bentuk, yaitu sebagai klomikron yang berasal dari penyerapan usus setelah makan lemak dan sebagai VLDL (Very Low Density Lipoprotein) yang dibentuk oleh hepar dengan bantuan insulin. Trigliserida tersebut di dalam jaringan di luar hepar (pembuluh darah, otot, jaringan lemak) akan dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase. Sisa hidrolisis kemudian oleh hepar dimetabolisasikan menjadi LDL. Kolesterol yang terdapat pada LDL kemudian ditangkap oleh suatu reseptor khusus di jaringan perifer sehingga LDL sering disebut sebagai kolesterol jahat. Kelebihan kolesterol dalam jaringan perifer akan diangkut oleh HDL (High Density Lipoprotein) ke hepar untuk kemudian dikeluarkan melalui saluran empedu sebagai lemak empedu sehingga HDL sering disebut sebagai kolesterol baik.

Trigliserida merupakan lemak darah yang cenderung naik seiring dengan konsumsi alkohol, peningkatan berat badan, diet tinggi gula atau lemak serta gaya hidup. Peningkatan trigliserida akan menambah risiko terjadinya penyakit jantung dan stroke. Mereka yang mempunyai trigliserida tinggi juga cenderung mengalami gangguan dalam tekanan darah dan risiko diabetes.

LDL kolesterol atau kolesterol lipoprotein berkepadatan rendah adalah kolesterol jahat karena kolesterol LDL melekat pada dinding arteri dan bisa menyebabkan terjadinya penutupan arteri. Sedangkan HDL kolesterol atau kolesterol lipoprotein berkepadatan rendah dikenal sebagai kolesterol baik. Peran kolesterol HDL adalah membawa kembali kolesterol buruk ke organ hati untuk pemrosesan lebih lanjut. Sebagian dari mereka dengan kadar HDL yang tinggi akan terlindung dari penyakit jantung, namun orang dengan kadar HDL dalam kategori yang sangat baik masih berisiko untuk terkena penyakit jantung.

Penyebab hiperkolesterolemia antara lain yaitu obesitas, alkoholisme, gangguan ginjal, gangguan hati, diabetes, pil anti hamil, diuretik, kortikosteroid, dan penyakit tiroid. Penderita hiperkolesterolemia sebaiknya menghindari faktor risiko (seperti merokok, obesitas, dan hipertensi), berat badan harus ideal dengan cara mengatur jumlah asupan kalori dan olah raga, serta mengurangi konsumsi lemak jenuh.

Artikel Menarik Lainnya...

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More